Siapa bilang dihutan tidak ada pisang? Ada kok, pisang hutan. Masyarakat sekitar TNGGP menyebutnya Cau Leuweung atau Cau Kole. Dalam bahasa Sunda, cau berarti pisang dan leuweung adalah hutan. Sebuah anak sungai di Sarongge dinamakan Ci Kole, karena banyaknya pisang hutan ditemukan di sana.
Nah berbeda dengan pisang yang sering kita makan, pisang hutan terlalu banyak bijinya dan besar-besar. sehingga pisang ini tidak nyaman kita makan. Cau leuweung digemari satwa hutan seperti tupai dan musang. Tapi buahnya dapat diolah menjadi tepung, dapat juga kita gunakan sebagai obat pencahar. Bonggolnya sering dimanfaatkan sebagai lalapan.
Daun cau leuweung yang masih muda dimanfaatkan untuk mengatasi kulit meradang atau melepuh. Akarnya juga dapat digunakan untuk mengatasi anemia dan gangguan rambut rontok. Ada lagi kegunaannya: jantung pisang hutan berkhasiat sebagai ramuan pelangsing tubuh. Banayak ya manfaatnya.
Siapa bilang dihutan tidak ada pisang? Ada kok, pisang hutan. Masyarakat sekitar TNGGP menyebutnya Cau Leuweung atau Cau Kole. Dalam bahasa Sunda, cau berarti pisang dan leuweung adalah hutan. Sebuah anak sungai di Sarongge dinamakan Ci Kole, karena banyaknya pisang hutan ditemukan di sana.
Nah berbeda dengan pisang yang sering kita makan, pisang hutan terlalu banyak bijinya dan besar-besar. sehingga pisang ini tidak nyaman kita makan. Cau leuweung digemari satwa hutan seperti tupai dan musang. Tapi buahnya dapat diolah menjadi tepung, dapat juga kita gunakan sebagai obat pencahar. Bonggolnya sering dimanfaatkan sebagai lalapan.
Daun cau leuweung yang masih muda dimanfaatkan untuk mengatasi kulit meradang atau melepuh. Akarnya juga dapat digunakan untuk mengatasi anemia dan gangguan rambut rontok. Ada lagi kegunaannya: jantung pisang hutan berkhasiat sebagai ramuan pelangsing tubuh. Banyak ya manfaatnya.